ID :
32985
Sat, 11/29/2008 - 15:35
Auther :
Shortlink :
http://m.oananews.org//node/32985
The shortlink copeid
247 WARGA GARUT TERSERANG DBD
Garut, 29/11 (ANTARA) - Sejak Januari hingga akhir Nopember 2008 terdapat sebanyak 247 warga Kabupaten Garut, Jawa Barat yang diduga (suspect) dan positip terserang demam berdarah dangue (DBD).
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan setempat Dede Rohmansyah menyatakan, Sabtu, korban itu terdiri atas 152 kasus suspek DBD serta 95 kasus yang dinyatakan positip DBD.
Berdasarkan wilayah tertularnya, pasien terbanyak adalah warga Kecamatan Garut Kota yang mencapai 69 kasus. Kawasan itu selama ini dinyatakan daerah endemis DBD.
Disusul Kecamatan Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Wanaraja, Leles, Bayongbong, Cikajang, Samarang, Kadungora, Banyuresmi, Cibatu, Cilawu serta Kecamatan Limbangan.
Meski tidak ada korban jiwa, namun pencegahan dan pengobatan terus diintensifkan melalui kegiatan fogging (pegasapan), lavarsida serta penyelidikan epidemiologi di sejumlah tempat.
Ia meminta peran aktif masyarakat mencegah penyebaran penyakit berbahaya itu dengan memelihara kebersihan lingkungannya masing-masing.
Camat Malangbong Nandang Sulaksana yang dihubungi terpisah menyatakan, sebanyak 24.000 kepala keluarga (KK) atau 115.000 orang penduduknya yang tersebar pada 23 desa mendesak pemerintah segera membangun rumah sakit.
Selama ini mereka terpaksa berobat rujukan ke rumah sakit di Bandung atau Tasikmalaya yang dinilai lebih cepat dan mudah terjangkau daripada berobat rujukan ke Rumah Sakit dr Slamet Garut meski berjarak sekitar 40 km.
Bahkan pihak Puskesmas dengan tempat perawatan (DTP) setempat yang berkapasitas 10 tempat tidur kerap memberikan rujukan ke rumah sakit Bandung atau Tasikmalaya terutama bagi pasien dalam kondisi gawat darurat.
Karena jika pasien "emergency" dilarikan ke rumah sakit Garut, dipastikan waktu tempuhnya lebih lama dengan ongkos transportasi lebih mahal karena prasarana dan sarana perhubungan yang sulit.
Akibatnya sekitar 75 persen warga yang bermukim di wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Garut ini terpaksa harus berobat rujukan ke Bandung atau Tasikmalaya terutama korban kecelakaan lalulintas karena angka kecelakaan lalulintas di kawasan itu paling tinggi di Kabuptane Garut.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan setempat Dede Rohmansyah menyatakan, Sabtu, korban itu terdiri atas 152 kasus suspek DBD serta 95 kasus yang dinyatakan positip DBD.
Berdasarkan wilayah tertularnya, pasien terbanyak adalah warga Kecamatan Garut Kota yang mencapai 69 kasus. Kawasan itu selama ini dinyatakan daerah endemis DBD.
Disusul Kecamatan Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Wanaraja, Leles, Bayongbong, Cikajang, Samarang, Kadungora, Banyuresmi, Cibatu, Cilawu serta Kecamatan Limbangan.
Meski tidak ada korban jiwa, namun pencegahan dan pengobatan terus diintensifkan melalui kegiatan fogging (pegasapan), lavarsida serta penyelidikan epidemiologi di sejumlah tempat.
Ia meminta peran aktif masyarakat mencegah penyebaran penyakit berbahaya itu dengan memelihara kebersihan lingkungannya masing-masing.
Camat Malangbong Nandang Sulaksana yang dihubungi terpisah menyatakan, sebanyak 24.000 kepala keluarga (KK) atau 115.000 orang penduduknya yang tersebar pada 23 desa mendesak pemerintah segera membangun rumah sakit.
Selama ini mereka terpaksa berobat rujukan ke rumah sakit di Bandung atau Tasikmalaya yang dinilai lebih cepat dan mudah terjangkau daripada berobat rujukan ke Rumah Sakit dr Slamet Garut meski berjarak sekitar 40 km.
Bahkan pihak Puskesmas dengan tempat perawatan (DTP) setempat yang berkapasitas 10 tempat tidur kerap memberikan rujukan ke rumah sakit Bandung atau Tasikmalaya terutama bagi pasien dalam kondisi gawat darurat.
Karena jika pasien "emergency" dilarikan ke rumah sakit Garut, dipastikan waktu tempuhnya lebih lama dengan ongkos transportasi lebih mahal karena prasarana dan sarana perhubungan yang sulit.
Akibatnya sekitar 75 persen warga yang bermukim di wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Garut ini terpaksa harus berobat rujukan ke Bandung atau Tasikmalaya terutama korban kecelakaan lalulintas karena angka kecelakaan lalulintas di kawasan itu paling tinggi di Kabuptane Garut.